hay kakak,,
mengulik modernnya zaman banyak orang yg melupakan tradisi/ adat jawa terdahulu,
mengulik modernnya zaman banyak orang yg melupakan tradisi/ adat jawa terdahulu,
yah ini dia salah satu contohnya "JENANG SENGKOLO"
Hampir di tiap upacara adat selamatan 
adat Jawa selalu menyertakan yang namanya 'JENANG SENGKOLO' yaitu bubur 
beras yang dicampur gula merah yang di campur parutan kelapa dan di taburi sejumput nasi putih di atasnya. banyak orang menyebut jenang ini  sebagai bubur merah putih karena 
berwarna merah ( bubur beras yang dicampur gula merah) dan warna putih 
(nasi putih di atasnya). Ada juga yang menyajikan dalam bentuk sepiring bubur 
beras dengan campuran gula merah disandingkan dengan sepiring bubur 
beras putih saja. Intinya sama saja, yaitu sajian bubur yang berwarna 
merah dan putih. Tentu hal ini juga, suatu yang saya yakin bukan semata 
kebetulan, mengingatkan akan warna bendera nasional Indonesia yaitu 
Merah Putih.
akan tetapi orang jawa kuno(terlebih nenek saya sendiri) sering sekali membuat Jenang ini untuk acara selametan,, atau bisa di sebut TIRON-TIRON,
nah filosofinya sendiri saya mengambil dari tiknan.blogspot
Dalam pelaksanaannya memang bubur ini 
tidak disajikan 'hanya sendirian' saja. Tentu masih banyak jenis makanan
 lainnya. Biasanya terdiri dari tumpeng (nasi yang disajikan dalam 
bentuk gunungan / kerucut ), lauk-pauk, jajan pasar dan lainnya. Kali 
ini penulis ingin menyoroti khusus mengenai bubur sengkolo atau merah 
putih ini.
Secara filosofi masyarakat Jawa 
sejak dahulunya telah meyakini akan adanya 'Kuasa' yang mengatasi segala
 sesuatu. Penyebutan 'Sang Kuasa' ini banyak ragam. Ada yang menyebut 
'Sing Gawe Urip' ( Yang menguasai kehidupan - yang menciptakan 
kehidupan' ), 'Kang Moho Kuwoso' ( Yang Maha Berkuasa ), 'Sang Hyang 
Moho Dewo' (Sang Maha Dewa) dan masih banyak jenis penyebutan lainnya. 
Hal demikian telah ada pada masyarakat Nusantara secara khususnya 
masyarakat Jawa kuno jauh sebelum agam Hindu dan Buda masuk tanah Jawa. 
Ada sebagian peneliti yang menyebut kepercayaan asli orang Jawa ini 
dengan nama 'agama' KAPITAYAN. Kepercayaan dan filosofi akan adanya 'Yang Maha Kuasa' tersebut
 kemudian mendapat bentuknya lagi setelah adanya pengaruh agama - agama 
yang silih berganti masuk dan dianut oleh masyarakat Jawa.
Salah satu sikap dalam 
memposisikan diri untuk 'kembali' kepada fitrah dan 'kembali' kepad 
Tuhan YME diwujudkan oleh masyarakat Jawa dalam bentuk simbol selamatan 
bubur sengkolo atau merah putih ini. Hal tersebut dimaksudkan sebagai 
ungkapan kembali kepada asal-muasal manusia yang diciptakan oleh Allah 
dari sari pati bumi melalui 'darah merah' Ibu  dan 'darah putih' Ayah sebagai perantaraan wujudnya di dunia ini.
Dengan demikian selamatan bubur 
sengkolo merah putih juga dimaksudkan sebagai ungkapan doa 'penyerahan 
diri' kepada Tuhan untuk memohon keselamatan dan keberkahan karena 
meyakini bahwa pada asalnya manusia tidak mempunyai daya kekuatan 
apa-apa, hanya sebentuk darah merah dan putih. Hanya karena kuasa Allah 
semata-mata yang menciptakan dan memberi hidup dan penghidupan kepada 
manusia. Maka selayaknya segala sesuatu dikembalikan kepada-Nya. Hal ini
 seiring dan selaras dengan filosofi yang ditekankan Islam bahwa segala 
sesuatu itu pada hakekatnya 'Laa haula wa laa quwata illa billah' tiada pertolongan dan kekuatan melainkan hanya dengan pertolongan dan kekuatan Allah semata.
Upaya doa yang dibarengi atau 
bahkan diwujudkan dalam bentuk lambang selamatan tersebut bisa diterima 
dan dilestarikan oleh kalangan sebagian masyarakat muslim hingga 
sekarang. Bahkan hal tersebut diterima sebagai do'a bil isyaroh,
 yaitu upaya doa yang direalisasikan dalam bentuk perlambang untuk 
meneguhkan dan menguatkan 'pengharapan' akan keyakinan terhadap 
dimakbulkannya doa tersebut.
Pada sisi lain, 
upaya atau ikhtiar bathiniah yang berupa selamatan atau do'a bil isyaroh
 tersebut biasanya sangat mustajab atau sangat mudah untuk berhasil. Hal
 ini sangat masuk akal. Karena apa ? Tidak lain adalah karena selamatan 
tersebut juga mempunyai beberapa nilau plus yang sangat terpuji dan 
bermanfaat. Antara lain adalah selamatan tersebut merupakan salah satu 
bentuk 'shodaqoh' yang amat nyata. Sedangkan beberapa nilai tambah 
lainnya adalah : menguatkan tali silaturhim antar tetangga dan sanak 
famili dan juga doa bersama atau jamaah. Sehingga sangat masuk akal jika
 upaya atau ikhtiar ini sangat mudah diijabah oleh Allah sehingga 
berhasil apa yang dihajatkan. Wallhu a'lam.
terima kasih,, semoga bermanfaat
jangan lupa kunjungi jg ya www.nurulitashop.com 

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar